Syarat-Syarat yang biasa di lakukan untuk melakukan Tes Psikologi
1.Pembakuan (standarisasi)
1.Pelaksanaan dan penskoran adalah sama pada setiap saat digunakan. Dan ini berarti ada norma-norma yang tersedia. Seharusnya seperangkat petunjuk pelaksanaan dan seharusnya diikuti dengan tepat pada setiap kali tes dilaksanakan. Lingkungan fisik, material, dan perlengkapan harusnya tetap sama. Pensekoran harusnya tes harusnya menggunakan seperangkat jawaban yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.Melibatkan penetapan norma-norma untuk memberi arti terhadap suatu skor dalam kaitanya dengan beberapa referensi pokok. Tujuanya adalah agar setiap testi mendapat perlakuan yang sama.
1.Keobjektifan
Yang berarti bahwa pensekoran adalah bebas dari kesubjektifan opini pemberi skor. Pada suatu tes objektif , pengambilan tes seharusnya memperoleh skor yang sama dari pemberi skor yang berbeda. Dengan tujuan agar bias, opini, sikap-sikap, dll tidak mempengaruhi hasilnya. Tipe tes objektif paling lazim adalah berisi pertanyaan multiple choise. Lainya adalah true or false.
1.Reabilitas
Memberi hasil yang sama pada percobaan yang dilakukan berulang-ulang. Conny Semiawan mengunkapkan bahwa pengertian reabilitas menunjuk pada ketetapan (konsistensi) dari nilai-nilai yang diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan tesyang sama atau ekuivalen. Hal ini didasari dari kesalahan ukuran yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu, sehingga susunan (urutan) dari kelompok tersebut berubah. Suatu tes yang reliable akan menghasilkan suatu hasil yang konsisten dengan percobaan yang telah dilakukan secara berulang-ulang atau dalam kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama maupun item yang ekuivalen.
Ada 4 cara pokok dalam menentukan reabilitas tes, yaitu:
1.Test-Retest
Mengulang tes yang sama dalam kesempatan berikutnya. Tes yang memiliki reabilitas untuk beberapa bulan belum tentu memiliki reabilitas untuk bebrapa tahun. berikut hal yang perlu diingat pada retest;
Bila jangka waktu antar tes sering dilakukan latihan maka hasil tes berikutnya dapat menjadi lebih baik. Terutama jika tes dapat dilakukan dalam jangka waktu pendek, testi mungkin masih mengingatnya. Sehingga tes tersebut dapat saling bergantung, dan korelasi nilai akan amat tinggi.
Tes akan berubah dengan sendirinya pada saat pengulangan. Biasanya terjadi pada soal yang perlu pemahaman. Bila mudah dipahami maka tak sukar untuk memperoleh jawaban.
2.Ekuivalen (pararel)
Dua konselor menguji masing-masing tes dan menganggap bahwa tersebut seimbang. Masing-masing berisi proporsi item yang sama dengan tingkat kesukaran yang sama. jika skor sama pada kedua tes, dapat dikatakan korelasi akan tinggi. Koefesien reabilitas akan menjadi suatu koefesien ekuivalensi dimana taraf kedua bentuk tes yang sama adalah setara.
1.Split-Half
Membagi salah satu tes menjadi dua bagian yang sama, masing-masing memiliki jumlah item yang sama, setiap tes memiliki proporsi item yang sama, tingkat kesulitan yang sama, dan daya beda yang sama. Kita dapat memberi tes bagian I pada hari pertama dan tes II pada saat tes berikutnya.
1.Kuder-Richardson
metode ini menggunakan penghitungan statistik pada setiap item dan hasil-hasil koefesien.
1.Validitas
Kualitas terpenting dalam suatu tes. Validitas berarti mengukur apa yang seharusnya diukur. Merujuk pada pengertian apakah hasil tes sesuai dengan yang dirumuskan dan telah sampai mana tes itu telah mengukurnya.
Tiga kategori validitas tes yaitu:
1.Validitas konten/ Face Validity/ Sampling validity/ Factorial validity
Bertujuan untuk menguji sifat-sifat atau isi tes. Bentuk tes ini mengukur sampai dimana seseorang menguasai suatu kemampuan khususnya setelah memperoleh pelajaran tertentu. Validitas konten bertujuan untuk menganalisadan memahami proses psikologis yang mempengaruhi terwujudnya prestasi itu.
1.Validitas kriterion
Suatu relasi berada diantara hasil-hasil tes dan beberapa perilaku lainnya yang dikenal dengan kriterion. Suatu kriterion yang dikehendaki terjadi dalam lapangan konseling karir adalah job performance. Skor tes calon dikorelasikan dengan suatu ukuran job performance. Ada 2 cara pokok yang bisa dilakukan;
Prediktif = Ini digunakan apabila pertama mengumpulkan data tes, dan berikutnya dikumpulkan data (dalam kelompok yang sama) kriterion(job performance). Korelasi antara kedua kumpulan data ini adalah suatu ukuran validitas prediktif. jika penilaian validitas adalah baik, maka hasil-hasil tes ini dapat digunakan untuk memprediksi kriterion job performance. Dan tes itu memiliki validitas prediktif.
Konkurensi = jika data tes dan data kriterion dikumpulkan pada saat yang sama, dan hasilnya dikorelasikan maka kita telah menetapkan validitas konkurensi tes. Validitas suatu tes ditera dengan tolok ukur tes yang lain. Jika tolok ukurnya sama maka disebut “congruent validity”. Jika tolok ukurnya beda disebut “concurrent validity”. “Criterion” yang digunakan untuk memvalidasi tes yang dicoba harus valid dan reliable. Tipe validitas ini paling lazim digunakan daripada yang validitas prediktif.
1.Validitas konstruk
Validasinya dilakukan dengan mengkumulasikan traits yang diukur oleh tes yang bersangkutan (Soe Biono 1983). Ada langkah yang kompleks untuk menilai traits semacam itu melalui metode validasi konstruk. Tema yang paling sering adalah mempertimbangkan motivasi yang diberikan kepada individu. Kemudian dihubungkan dengan keberhasilan dalam bidang lain. Validitas konstruk tes untuk membantu memprediksi keberhasilan tahap lanjutan.
Sabtu, 12 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar